Tenun Aksara Gelgel, Klungkung - Bali didirikan oleh seorang anak muda yang juga anak dari pengrajin tenun terkenal di kabupaten Klungkung. Agus Aksara adalah pemilik usaha Tenun Aksara di Klungkung - Bali. Agus menekuni dengan sangat serius kerajinan menenun tersebut karena melihat perlu ada yang meneruskan usaha orang tuanya. Namun dia tidak langsung melanjutkan usaha orang tuanya tetapi mencoba dengan mendirikan usaha tenun sendiri dengan memanfaatkan ibu-ibu di sekitar rumahnya sebagai tenaga kerjanya. Strategi usaha yang dilakukan adalah memproduksi kain endek dan kain songket sendiri namun dalam pemasarannya memanfaatkan brand usaha orang tuanya, sehingga secara tidak langsung kualitas produk yang akan dihasilkan oleh pengerajin Tenun Aksara harus sesuai standar dari brand tenun dari usaha orang tuanya yang sudah sangat terkenal.Dalam menghadapi persaingan, Agus mencoba berinovasi dengan menciptakan tenun ikat catri hasil kolaborasi tenun ikat dengan teknik air brush. Selain itu untuk songket, tetap menampilkan ciri khas berupa songket klasik antik yang berbeda dari yang beredar di pasaran. Melalui strategi tersebut usahanya terus meningkat baik omset maupun tenaga kerja. Harga kain endek dari jenis biasa sampai endek ikat catri berkisar pada harga Rp175.000,- sampai dengan Rp2.000.000,-/lembar. Ukuran per lembar kain yang dijual adalah 2,5 meter x 1,05 meter. Sedangkan untuk satu potong kain songket dari bahan biasa sampai dengan kain sutra lengkap dengan benang emas harganya berkisar Rp1.500.000,- sampai dengan Rp25.000.000,-. Bagi yang ingin mencari kain endek atau songket produksi Tenun Aksara dapat mengunjungi usahanya yang beralamat di Banjar Pegatepan, Gegel, Klungkung - Bali dan dapat juga dipesan dengan menghubungi Agus Aksara di 0878-60846955. (pkbl/ sulasa)
Kelompok Usaha Purnama milik Bapak M. Zaenuri Hamka ini berdiri pada tahun 2010 di Kelurahan Leneng, Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah. Kelompok usaha ini memproduksi barang-barang kerajinan perlengkapan rumah tangga dan aksesoris yang dibutuhkan oleh perhotelan, perkantoran, rumah tangga dll. Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi kerajinan ini berasal dari alam sekitar, seperti bambu, rotan ketak, limbah kerang dll. Produk yang dihasilkan Kelompok Purnama diantaranya adalah kerajinan Lampu Hias, Aksesoris, Tas, Tempat Tisu dan beberapa barang kerajinan lainnya. Kelompok ini juga melibatkan masyarakat sekitar dalam meningkatkan produksi kerajinannya dalam memenuhi kebutuhan pasar baik dalam negeri maupun mancanegara. Hingga saat ini pemasaran kerajinan lampu hias telah mencapai di beberapa daerah di Indonesia seperti Makassar, Medan, Jakarta, Jogja, dan Bali. Ekspor ke beberapa benua seperti Benua Eropa yaitu di negara Belanda, Prancis, Inggris, Yunani, dan Amerika, negara-negara yang ada di kawasan Timur Tengah seperti negara seperti Dubai dan Iran, dan yang terakhir yaitu benua Asia seperti negara Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, dan Australia. Kisaran harga produk kerajinan yang dipasarkan adalah Rp50.000,- hingga Rp750.000,- tergantung dari jenis model kerajinan. Jika berminat untuk membeli kerajinan ini dapat menghubungi melalui nomor telepon berikut. 0817563041. (pkbl/ sagung)
Kelompok ini berdiri tahun 2011, terdiri atas pengrajin songket khas Jembrana yang merupakan produk songket khusus untuk kalangan menengah ke atas. Kelompok ini mendapatkan bantuan dana PK ITDC pada tahun 2016 sebesar Rp 250.000.000,- untuk 5 orang anggotanya. Putrimas sudah pernah melakukan pameran ke luar negeri, yaitu Filipina, Korea Selatan sampai Rusia. Melalui inovasi dan kreatifitas kelompok ini sudah diakui produknya dengan mendapatkan HAKI dari Kementerian Koperasi Republik Indonesia tahun 2017. Harga jual dari produk Putrimas berkisar antara Rp 800.000,- – Rp 15.000.000,-
Kelompok ini merupakan perkumpulan ibu-ibu rumah tangga desa Wanagiri, Sukada, Buleleng. Terbentuk tahun 2009 dan diketuai Ibu Nyoman Budianai. kelompok wanita ini cukup aktif dalam ikut menggerakan ekonomi keluarga yang berbasis kerakyatan. Kelompok ini mendapatkan bantuan pinjaman dari ITDC tahun 2016 sebesar Rp. 1,2 Milyar untuk 22 anggota KWT. Produk dari utamanya adalah kopi robusta, arabika serta makanan ringan (keripik). Harga jual produk kopi dari KWT ini sangat bervariasi sesuai dengan ukuran kemasan yang dipilih.
Kelompok ini berlokasi di desa Petang Badung, dengan ketinggian wilayah mirip wilayah Kintamani, sehingga sangat baik sekali untuk budidaya tanaman jenis kopi. Mertha Buana tahun 2017 dibantu ITDC melalui dana PK sebesar Rp 500.000.000,- untuk 10 orang anggotanya. Produk dari Mertha Buana selain kopi robusta juga tentunya ada arabika. Produk kopi Mertha Buana sudah diminati oleh Starbuck. Harga kopi berkisar antara Rp 30.000,- hingga Rp 300.000,- sesuai dengan ukuran.
Padma’s Silver berada di Desa Kemoning, Klungkung yang bergerak di bidang kerajinan perak dan emas. Berdiri tahun 2014, produk-produknya sudah menembus pasar luar negeri dengan pemesanan melalui online atau yang datang langsung ke lokasi. Bantuan seniali Rp 50.000.000,- sangat dirasakan manfaatnya dalam mengembangkan dan meningkatan usahanya. Produk perhisaan yang dibuat berupa anting- anting, gelang, cincin, liontin, brooch, subeng, rantai kalung dan lain-lain. Harga jual produk bervariasi sesuai dengan model dan ukuran bahan bakunya.
Tenun Aksara merupakan usaha tenun ikat yang dibangun oleh anak muda berusia 24 tahun dari Desa Gelgel, Klungkung. Tenun Aksara dibantu tahun 2016 dengan dana pinjaman kemitraan sebesar Rp 100 juta rupiah. Usaha ini telah 2 kali dibina oleh ITDC dan sangat sukses dalam menjalankan usahanya, terbukti omzet penjulan meningkat dari Rp 80 juta hingga sekarang kurang lebih Rp 140 juta. Untuk harga jual produk kain endek berkisar antara Rp 200.000,- hingga Rp 500.000,-. Sedangkan untuk produk songket mencapai harga Rp 1,5 juta sampai Rp 20 juta.
Kelompok petani jeruk dari desa Yangapi, Tembuku, Bangli merupakan kelompok tani penghasil jeruk siem yang merupakan jeruk jenis varietas lokal. Kelompok ini mendapat bantuan pinjaman kemitraan pada Tahun 2016 sebesar Rp 1 Milyar untuk 20 anggota. Hasil jeruk desa ini selain d jual di sekitaran wilayah Bangli juga ada yang dijual ke Solo ataupun Jakarta. Perkembangan kelompok ini semakin meningkat berkat bantuan dari dana PK dari ITDC.
Kelompok petani jeruk Kubusuih, juga terletak di daerah Tembuku, Bangli jaraknya tidak jauh dari desa Yang Api. Wilayah ini juga terkenal dengan penghasil jeruk. Kelompok petani jeruk Kubusuih mendapatkan pinjaman kemitraan dari ITDC pada tahun 2017 sebesar Rp 1.000.000.000,- . Hasil dari produk jeruk Kubusuih kebanyakkan dipasarkan di sekitar Bangli, Klungkung, Karangasem dan sedikit ke Jakarta.
Kelompok ini terletak di desa Tambak, Kubutambahan, Buleleng. Tahun 2017 mendapatkan bantuan dana kemitraan sebesar Rp 500.000.000,- untuk 10 orang anggota kelompok penerima bantuan pengembang dan penggemukan sapi Bali. Selain sapi, kelompok ini juga menghasilkan pertanian jeruk sebgai integrasi pertanian dengan peternakan dalam mendukung sistem usaha yang dimiliki oleh kelompok tersebut. Harga jual sapi yang sudah siap jual berkisar sekitar Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per ekor.